Peringatan Penting untuk Para Pelaku Konstruksi: Singkirkan Semua Batu Bata

Apakah anda masih ingat cerita Disney berjudul Putri Tidur (Sleeping Beauty) ? Di dalam cerita itu, Putri Aurora dikutuk agar tertusuk oleh jarum mesin pemintal, dengan segera Raja dan Ratu memerintahkan agar seluruh mesin pemintal di negara itu dimusnahkan, tetapi mereka melupakan satu mesin pemintal yang berada di menara istana. Pada akhirnya, dengan mantra dari Ratu Jahat, Putri Aurora tertusuk oleh mesin pemintal tersebut dan tertidur sampai Ia mendapatkan ciuman dari cinta sejati.

Tanpa kita sadari, mesin pemintal yang dikutuk pada cerita Putri Tidur dapat kita temukan di rumah kita, seperti bom waktu yang dapat melukai bahkan memakan jiwa saat terjadi gempa hebat. Bom waktu itu adalah batu bata. Bahan lepas yang tidak diperkuat dan hanya mengandalkan plesteran untuk menyatukannya. Sangat menyedihkan apabila di tahun 2015 ini manusia masih berpikir untuk menggunakan bahan bangunan seperti batu bata yang tidak diperkuat, bahkan di wilayah yang rawan bencana gempa, atau wilayah hunian kelas atas dengan biaya konstruksi yang tinggi yang seharusnya tidak hanya mementingkan segi estetikanya saja tapi juga segi keamanan.

Bagaimana dengan batu bata ringan? Selama batu bata ringan tidak diperkuat, bahaya yang akan ditimbulkan akan sama saja. Meskipun lebih ringan dari batu bata beton atau batu bata merah konvensional, apabila batu bata ringan berukuran besar ini jatuh dari ketinggian akan dapat dengan mudah melukai bahkan membunuh penghuni bangunan.

Dengan menggunakan b-panel® (dan juga Panel Insulasi Struktural yang serupa), kekhawatiran akan jatuhnya puing bata saat terjadi gempa benar-benar dapat diselesaikan karena tidak ada batu bata lepas dalam struktur bangunan ini. Semua permukaan dinding diperkuat oleh kawat baja matriks rapat yang membuat dinding berlaku sebagai dinding geser struktural. Dalam sebuah bangunan-b panel®, dinding merupakan unit yang sangat kaku dan juga merupakan unit struktural monolitik. Bahkan dalam gempa paling parah sekalipun, karakteristik kerusakan dinding b-panel® tidak memiliki potensi katastropik. Plester akan retak dan bergerak, tetapi tidak dalam potongan besar dan berat yang dapat mematikan jika jatuh menimpa manusia seperti pada kasus batu bata.

Tapi kebiasaan lama susah hilang. Bahkan dalam proyek b-panel® baru-baru ini, ditemukan bahwa beberapa kontraktor masih menggunakan batu bata untuk menutupi area yang tidak tercakup oleh b-panel® (kebanyakan karena kesalahan estimasi), seperti daerah segitiga di bawah atap bubungan (“Ampig”). Hal ini sangat disayangkan karena walaupun dinding b-panel® akan tetap aman dan utuh selama gempa, penghuni rumah mungkin masih dapat terluka oleh batu bata yang jatuh tiba-tiba dari langit-langit. Tidak ada Pangeran Tampan yang dapat memberikan ciuman kepada para korban yang tertimpa batu bata agar dapat terbangun. Contoh lain adalah batu bata yang digunakan untuk detail arsitektur masjid. Sangat ironis jika tempat ibadah menjadi tempat yang berbahaya selama bencana alam bukannya menjadi tempat perlindungan seperti seharusnya.

Konstruksi menggunakan pasangan batu bata, terutama untuk fasilitas pelayanan umum, seperti sekolah, rumah sakit / klinik, tempat ibadah, gedung-gedung pemerintah, dan tempat penampungan komunikasi harus diberantas. Jika hal ini masih dilakukan karena budaya dan perilaku masyarakat, diperlukan usaha ekstra untuk mengedukasi pasar. Namun, sangat tidak etis jika arsitek, pemilik, atau kontraktor masih membangun dengan cara ini bahkan setelah mereka mengetahui potensi bahaya dari pasangan batu bata.

Related News:

Print Friendly